059.... Saputro Wongkang Sholeh Abah,saya mau tanya tarekat abah ini tarekat apa,trus dulu di baiat mursyid siapa,maaf abah saya pingin tau biar jelas
================================
Sesuai judul dahulu, yang saya dirikan adalah "padepokan kebodohan", bukan tarekat.... Jadi yang mau belajar bodoh boleh disini.....
Banyak yang sudah bosen jadi orang pinter, makanya belajar bodoh diperlukan....
Thoriqoh,
thoriq itu artinya jalan, tapi jalan ini sifatnya masih kecil/sempit....
Jalan yang lebih besar disebutnya shiroth....
Dalam shiroth, engkau tak mesti terkotak-kotak oleh pemahaman yang terkurung sebuah tempurung..... Tak mesti tergolong-golong dalam warna warni....
Jadi tidak penting apa thoriqoh saya mas, karena ini di shiroth bukan di thoriq....
Sing penting urip, gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo.... aku wis seneng...
Njih nderek Abah 🙏
BalasHapus_/|\_
BalasHapusNyimak Abah
BalasHapusRasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
BalasHapus.
ويوضع الصراط مثل حد الموسى، فتقول الملائكة: من تجيز على هذا؟ فيقول: من شئت من خلقي، فيقولون: سبحانك ماعبدناك حق عبادتك ".
Artinya:
“Di letakkanlah jembatan Shiroth (di atas neraka) setipis Silet, Lalu malaikat saat itu bertanya: (Wahai Robb), Siapakah yang akan melewati jembatan ini, Maka Allah menjawab: yang akan melewati jembatan ini adalah siapa saja dari hamba-hambaku. Maka Malaikatpun berkata: ““Maha suci Engkau Ya Robb, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya.” (Shahih, HR. al-Hakim dan dinilai shohih oleh imam Al-Hakim, Adz-Dzahabi, al-Albani, dll. (Ash-Shohihah, no. 941).
.
Dalam riwayat lain: Abu Said Al-Khudzri radhiyallahu Anhu berkata:
.
قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: بَلَغَنِي أَنَّ الْجِسْرَ أَدَقُّ مِنَ الشَّعْرَةِ، وَأَحَدُّ مِنَ السَّيْفِ،
.
“Sampai kepadaku kabar bahwa shiroth itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang”[Lihat Shahih Muslim 1/117].
.
Dan disebutkan lagi dalam hadits bahwa shirath tersebut memiliki kait-kait besar, yang mengait siapa yang melewatinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini :
.
….وَيُضْرَبُ الصِّرَاطُ بَيْنَ ظَهْرَيْ جَهَنَّمَ، فَأَكُونُ أَنَا وَأُمَّتِي أَوَّلَ مَنْ يُجِيزُهَا، وَلاَ يَتَكَلَّمُ يَوْمَئِذٍ إِلَّا الرُّسُلُ، وَدَعْوَى الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ: اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ، وَفِي جَهَنَّمَ كَلاَلِيبُ مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ، هَلْ رَأَيْتُمِ السَّعْدَانَ؟ "، قَالُوا: نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: " فَإِنَّهَا مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ، غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَعْلَمُ مَا قَدْرُ عِظَمِهَا إِلَّا اللَّهُ، تَخْطَفُ النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ،….
.
Dan dibentangkanlah jembatan jahannam. Akulah orang pertama yang melewatinya. Doa para rasul pada saat itu : “Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah”. Pada shirath itu, terdapat pengait-pengait seperti duri pohon Sa’dan. Pernahkah kalian melihatnya?” Para Sahabat menjawab, “Pernah, wahai Rasulullah.” “Maka ia seperti duri pohon Sa’dan, hanya saja tiada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah. Maka ia mengait manusia sesuai dengan amalan mereka”. (HR. al-Bukhari)