Jumat, 14 Juni 2019

226......#sambungan
daya ma'rifah
=============
2. Daya dzikir

Kalau sebelumnya kita ulas tentang daya fikir, sekarang kita ulas tentang daya dzikir. Dzikrullah itu dimaknai sebagai mengingat Allah. Istilah mengingat itu menunjukkan sudah tahu tapi lupa... Jadi semua manusia sudah kenal/tahu akan Allah kemudian lupa, maka ada yang namanya dzikir/mengingat apa yang sudah terlupakan tersebut.

Ada 2 tataran dzikir, yaitu:

-dzikir asma',
maksudnya adalah mengingat nama Allah.... Bentuknya dengan menyebut-sebut nama Allah, apakah subhanallah, allahu akbar dsb... Baik itu secara jahar/terang, dan juga sirri (dalam hati).... Termasuk di dalamnya wening, semedi tanpa menyebut nama, jg masuk kawasan dzikir asma', karena tanpa nama juga adalah sebuah nama, sebagaimana kosong adalah sebuah isi, yaitu berisi kekosongan itu sendiri.... Wujud-wujud ibadah lahiriah pun juga termasuk bentuk dzikir asma'...

- dzikir af'al,
yaitu mengingat Allah dengan suatu bentuk laku perbuatan. Dalam dzikir af'al, contohnya engkau tidak menyebut "subhanallah (maha suci Allah)", tetapi engkau berusaha untuk mensucikan hatimu, sebagai pengejawantahan kemaha sucian Tuhan.

Engkau tidak menyebut "Allahu akbar" (Allah maha besar), tetapi engkau berusaha untuk menjadi berbesar hati, legowo dan mampu menerima segala sesuatu perbedaan di dunia ini, dan menghargai setiap ciptaan dan kehendak Allah.

Engkau tidak menyebut bismillahirrohmanirrohim, tetapi berusaha selalu berkasih sayang terhadap sesamamu....

Seperti itulah namanya dzikir af'al, bukan dalam mulutmu, tetapi mulai meresapi asma Allah dalam laku perbuatanmu.

Seperti itulah yang dinamakan dzikir.... Bukan hanya dimulut saja... Percuma menyebut Allahu akbar, kalau jiwamu kerdil....

========
Ketika seseorang telah banyak melakukan olah fikir, tetapi kurang olah dzikir, yang terjadi adalah menjadi cerdas, pintar bicara, tapi licik suka menipu, dan merugikan orang lain....

Sebaliknya, orang yang terlalu banyak berdzikr tapi kurang berfikir, maka akan cendrung jadi orang tolol, lama-lama meyakini sesuatu yang semu. Seperti orang yang berteriak, "saya yakin, arah barat disana", sambil menunjuk arah timur. Itu keyakinan semu dan palsu namanya, tanpa ilmu. Cendrung akan menyusahkan/membebani orang lain hidupnya.

Oleh karenanya antara fikir dan dzikir mestilah seimbang.
=======
#bersambung

3 komentar: