Jumat, 19 Mei 2017

EDO Pada kenyataan nya selalu ada manusia yang di ciptakan untuk melawan Nya,, memaki Nya,,,
Mendurhakai Nya,,,, Lalu abah,, apakh ia(manusia) msh bisa memilih untk mnjdi baik,, sementara ia di ciptakan untk melawan,,
Maaf dan terimakasih s'blm nua,,,,

==============================
Saya akan terangkan bagaimana takdir itu dituliskan..... Takdir itu dituliskan sebanyak 3 kali...... yaitu dahulu kala, jauh sebelum kejadian/peristiwanya berlangsung, lalu dituliskan kembali saat peristiwanya berlangsung, dan dituliskan kembali saat sudah terjadinya peristiwa itu......

Saat dituliskan dahulu kala, ia disebut sunnatul awwalin, sunnat yang awwal atau terdahulu kala..... mengapa di sebut sunnat?.... karena tidak wajib, artinya ia bisa dirubah kapan saja.....

Kalau misalnya saudara dahulu kala dituliskan takdirnya sebagai seorang yang tercela, maka ingat, itu adalah sunnatul awwalin, sunnat yang terdahulu, tidak wajib, jadi Allah pun berkuasa untuk merubah apa-apa yang telah dituliskanNYA dahulu kala..... 

Tatkala jatuh tempo/titi wancinya sebuah takdir yang telah dituliskan dahulu kala, maka saat takdir itu berlangsung, takdir tersebut dituliskan kembali..... disini Tuhan bisa saja "berubah pikiran"...... 

Hari ini misalnya si fulan ditakdirkan jatuh lalu tertimpa tangga, itu takdirnya yang telah dituliskan dahulu kala, tetapi hari ini saat peristiwanya berlangsung, takdirnya dituliskan kembali, ternyata si fulan jatuh lalu tertimpa ember, tidak jadi tertimpa tangga..... heuheuheu.... Mungkin Tuhan lagi ingin bikin sesuatu yang beda dari biasanya hari ini..... Lalu takdir dituliskan untuk ketiga kalinya tatkala peristiwanya telah berlangsung, yang ini tidak lagi berubah karena sudah terjadi.....

Jadi seburuk apapun manusia ditakdirkan dahulukala, selalu masih mungkin berubah menjadi baik..... lagi pula pada dasarnya menjadi buruk itu proses yang berasal dari pengaruh hawa nafsu dan setan, asalnya manusia dilahirkan fitrah/suci semua.....

Pengertian orang umum, senantiasa terkurung oleh pemikiran "standard", yaitu semua orang berfikir bahwasannya, "karena mendapat hidayah dari Allah, maka si fulan bertaubat, memperbaiki dirinya"..... cobalah keluar dari standard yang demikian untuk sementara waktu, dan mulailah berfikir, "karena bertaubatlah si fulan mendapat hidayah Allah".....

Jadi kalau saudara biasa berfikir hidayah Allah duluan baru datang tobat, maka sekarang mulailah berfikir tobat duluan baru datang hidayah Allah..... 

Sebab kalau kalian bersandar pada pemikiran menunggu datangnya hidayah Allah dahulu baru bertobat, itu sama halnya pungguk merindukan bulan, menunggu sesuatu yang tidak jelas kapan datangnya..... 

turun hidayah Allah lalu tobat, ataukah tobat lalu turun hidayah Allah???..... pilih mana, telur dulu, apa ayam dulu??....

saran saya, jangan menunggu datangnya hidayah Allah, kesuwen..... jika ingin menjadi baik, tobat saja, nanti juga hidayah datang menyusul....


3 komentar: