Sabtu, 30 April 2016

Perisai Langit Assalamualaikum.

Perisai Langit Assalamualaikum. sebelumnya saya minta maaf bila harus bertanya disini, padahal saya lebih senang bertanya secara langsung, namun jujur, saya baru membaca isi artikel di page Fatwa Kehidupan tadi malam, itupun bukan sengaja saya cari tapi ada teman dari facebook saya membagikan artikel saudara. Setelah membaca2 artikel saudara sepertinya apa yg menjadi pertanyaan dalam diri saya sedikitnya telah terjawab. Sebenarnya ada yg ingin saya tanyakan, tapi saya malu juga klo nulis disini karna khawatir terlalu lancang tidak beradab tapi saya pun tidak tau harus nulis dimana.
Saya adalah seorang yg pernah mengikuti tarikat naqsyabandiyah,, alhamdulillah, setelah mengikutinya walaupun hanya bberapa kali perasaan batin saya terasa berbeda. yg ingin saya tanyakan bukan dari perasaan itu melainkan pada bagian rabithah kepada guru, secara jelasnya ini bagaimana dan seperti apa rabithah kepada guru yang hakikat.. sekali lagi saya mohon maaf bila pertanyaan saya kurang sopan disini.... Nama Saya mulyadi asal aceh.

========================================
waalaikumsalam

Robithoh itu mirip mirip dengan berwasilah/tawasul...... Hanya saja kalau robithoh itu kan ditujukan ke gurunya yang "masih hidup"..... wasilah itu ditujukan kepada yang sudah meninggal..... umumnya seperti itu

Dalam wasilah memang ada beda pemahaman, yang pertama mengatakan itu perlu, yang lain mengatakan itu tidak perlu..... 

Yang mengatakan perlu karena berpandangan bahwa orang orang yang diwasilahi ini mereka memiliki kemuliaan dan lebih dekat kepada Allah, jadi wasilah ini dalam rangka "mengambil keutamaan" dari keutamaan orang orang yang mulia......

Yang mengatakan tidak perlu menganggap bahwa Allah tidak membutuhkan perantara, semua bisa langsung, malah ada yang ekstrim menilai wasilah sebagai bentuk syirik.....

Ini tergantung keyakinan masing masing yang tidak bisa dipaksakan..... 

Pada dasarnya robithoh seprinsip dengan wasilah, bedanya dia ditujukan kepada guru yang masih hidup.....  Dengan cara menghadirkan "cahaya" guru kedalam hati seorang murid, lalu murid ini mengambil keutamaan dari cahaya gurunya agar cahaya ini menyampaikan ke gurunya guru dst sampai menuju cahaya rasullullah, kemudian menuju Allah.....

Mengapa murid melakukan robithoh atau melalui perantaraan demi perantaraan ini, tidak langsung ke Allah saja??..... Jawabannya sederhana, keilmuan orang itu beda beda, orang orang yang dekat kepada Allah, mereka hijabnya dengan Allah sudah tipis, adapun yang masih jauh kepada Allah, hijabnya masih tebal...... Orang yang hijabnya sudah tipis, cendrung doanya lebih mustajab, lebih didengar Allah ketimbang yang hijabnya masih tebal.... Demikianlah orang orang ini perlu melakukan robithoh agar lebih mudah mendekat kepada Allah......

Jadi robithoh itu dengan cara menghadirkan cahaya guru didalam hatimu, dalam hal ini engkau mesti "menghayati" gurumu, mengenangnya, melebur dalam samudra ruhaninya, lenyap didalamnya seolah olah engkau adalah dia...... Maka engkau akan bisa mengambil keutamaan demi keutamaan dari Allah yang dititipkanNYA kepada gurumu...... 

engkau tidak akan bisa menyerap apapun dari cahaya gurumu bilamana hatimu mengingkarinya...... seperti dahulu kukatakan, "cahaya hanya bisa ditangkap dengan cahaya, ilmu itu hanya bisa diserap dengan ketawadu'an", dan robithoh adalah jalannya untuk melakukan penyerapan......

12 komentar: