Selasa, 28 November 2017

Melatih ketajaman rasa

Bagi para murid sekalian.....  Saya akan terangkan bagaimana saya melatih rasa,  dalam masa masa saya sendiri dalam lelaku.....

Selain melakukan olah rasa dan masuk dikedalaman batin,  dalam keseharian saya hidup dalam "penyelaman dan penghayatan"......

Saya merespek segala sesuatu,  menghormatinya dan berusaha menyelami dan menghayati setiap objek yang terpandang mata.....

Tatkala saya melihat batu,  maka saya pun mulai belajar menyatukan rasa,  seolah saya adalah batu itu,  menyelami setiap penderitaannya,  tertimpa panas dan hujan sepanjang masa.....

Ketika melihat pohon,  saya pun menyelami rasanya pohon,  lalu air,  tanah,  binatang,  bulan,  bintang,  matahari,  awan,  angin dan apa saja, objek objek dialam semesta ini.... Saya selami dengan hati,  saya hayati dengan sungguh sungguh,  sampai setiap sel tubuh saya bisa merasakan semesta......

Maka saya memahami alam ini,  seperti seorang yang memahami aliran darah sendiri....  Dalam rasa yang manunggal...... Aku menyatu dengan awan dan awan awan itu bergerak mengikutiku.....

Maka saya pun memahami,  "obahing njobo,  hiya obahing njero".... Gerak diluar,  yaitu gerak semesta ini adalah sama dengan gerak dalam hati kita sendiri......

Lalu saya mengerti setiap alur alur orbital pengaturanNya pada semesta,  membuat saya memahami apa itu Robbul alamin?.... Sang  Pengatur semesta.....  Saya faham dan mengerti didalam rasa saya,  seolah tahu betul apa yang sedang diinginkan Tuhan.....

Tatkala penyelaman dan penghayatan saya kepada semesta ini bertambah tambah dalam,  maka saya mulai bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain,  setiap gejolak nafsunya, tangisan dan penderitaannya.....  Disitu saya tidak sanggup lagi menahan cucuran air mata saya,  yang terus mengalir.....  Kesedihan yang begitu kuat dan dalam,  membuat saya dahulu sering menulis dalam keadaan menangis.....

Saya pun memahami bagaimana firman Tuhan dibawah ini,  yang bahkan malaikat mautpun bergetar lunglai tatkala ayat ini turun:

"Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu sendiri (iaitu Nabi Muhammad s.a.w.), yang menjadi sangat berat kepadanya sebarang kesusahan yang ditanggung oleh kamu, yang sangat lobakan (inginkan) kebaikan bagi kamu, (dan) ia pula menumpahkan perasaan belas serta kasih sayangnya kepada orang-oarng yang beriman.(QS. Attaubat : 128) 
Kemudian jika mereka berpaling ingkar, maka katakanlah (wahai Muhammad): “Cukuplah bagi Allah (yang menolong dan memeliharaku), tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; kepadaNya aku berserah diri, dan Dialah yang mempunyai ‘Arasy yang besar “.(QS. Attaubat : 129)

2 komentar: