Jumat, 25 Mei 2018

Maftuhah Insani Mbah... Mau tanya.... Hub.. Dg ghain.... Apakah benar ada ulama mengatakan d alam tajassut dan alam lahut... Ada sebagian dr kita yg masih hidup... Tp ruh atau batiniah nya sudah bisa mencapai derajat sampai bisa masuk ke alam lahut dan alam malakut..... Dab kalau mmg benar adanya... Terus manusia spt apa yg bisa masuk ke tingkatan tsb..... Mhon penjelasan.... Mtr swun..
=================
benar

sesungguhnya yang diperlukan untuk menembus penjuru langit adalah sebuah sulthon. 

yaa ma'syarol-jinni wal-insi inistatho'tum an tanfuzuu min aqthooris-samaawaati wal-ardhi fanfuzuu, laa tanfuzuuna illaa bisulthoon
"Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan SULTHON."
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 33)

sulthon itu diartikan "suatu bentuk kekuatan"
dan langit yang dimaksud memiliki pengertian yang mencakup langit dunia (angkasa) dan langit ruhani. Wujud "sulthon" dalam menembus langit dunia adalah "ilmu pengetahuan", maka dengan ilmu pengetahuannya manusia menciptakan pesawat ulang alik untuk menembus penjuru langit dunia.

Adapun langit ruhaniah pun bisa ditembus dengan sulthon dalam wujud ruhaniah.

Terus manusia spt apa yg bisa masuk ke tingkatan tsb??....

Manusia yang bisa melakukannya tingkatannya adalah "abdi" atau hamba. Inilah tingkatan yang paling tinggi dari manusia itu. 

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS al-Isra’ [17]: 1).

"asro bi abdihi" atau mengisro'kan hambaNya (memperjalankan hambaNya).... jadi tatkala rasulullah SAW naik ke langit, pangkat dan sebutannya bukanlah rasul, bukan pula nabi, tetapi hamba, hanya hamba Allah..... jadi disebut "asro biabdihi" bukan "asro bi rasulihi".

Jika ingin tahu, bagaimana sulthon itu bisa diperoleh, secara umum saya katakan, kamu jadilah "hamba", namun maksud saya bukan sekedar hamba sebagaimana orang umum fahami. Karena orang umum menyebut kata "hamba" dengan sebutan hambar, lebih mengacu kepada hamba = makhluk ciptaan Tuhan. 

Hamba yang dimaksud adalah yang benar2 hamba, seperti seorang budak, itu bahkan lebih sering bersama tuannya ketimbang istri tuannya sendiri.

Jadi yang disebut hamba itu adalah jika engkau bisa "memanifestasikan" tuanmu dengan benar. Kalau tuanmu penyayang dan penyabar, maka engkau pun mesti seperti itu, seolah orang ketika melihatmu seperti layaknya mereka melihat tuanmu. 









3 komentar: