Senin, 28 Januari 2019

106.... Jamaludin Prasetyo salamun alaika, maaf bah saya mau bertanya. saya selalu bingung memahami tentang lauhul mahfudz dan pilihan. seperti contoh ketika saya di hadapkan dengan pilihan antara memilih presiden A atau B kemudian saya memilih A apakah itu suratan takdir yg sudah tertulis di lauhul mahfudz ataukah itu pilihan saya. dan contoh lain : saya mengomentari status fatwa kehidupan apakah itu takdir / sudah tertulis di lauhul mahfudz ataukah itu pilihan saya.lalu dimana perbedaan antara pilihan diri sendiri dengan takdir/suratan lauhul mahfudz.
mohon pencerahan sejelas jelasnya.
terima kasih.
wassalamualaikum warohmatullah.

=========================
waalaikumsalam

ada hal2 yang menjadi urusanmu, ada pula hal yang merupakan urusan Allah.... Tugasmu adalah mengurusi urusanmu, bukan mengurusi urusan Allah....

Urusanmu adalah pilihan, memilih dalam berbagai hal kehidupan ini.... Urusan Allah adalah mengatur segala takdir makhlukNya....

contoh:

Kamu ingin berdagang, lalu pilihanmu banyak sekali, mulai dagang makanan, minuman, pakaian dsb.... Maka kamu pun memilih salah satu barang dagangan, mau jualan apa??.... misal, kamu ingin dagang makanan..... oke, itu adalah pilihanmu.... 

Lalu bagaimana dengan takdir Allah??.... DIA menulis apa di lauhul mahfudh??.... Bagian ini bukan urusanmu....

Dalam pertanyaanmu di atas, nampaknya kamu terlalu sibuk memikirkan perkara yang tidak menjadi urusanmu.... Tidak perlu mencampuri dan memikirkan urusan Allah.... 

Dalam hidup ini, cukup jalani urusanmu, dan urusi urusanmu, buatlah pilihan-pilihan dan tindakan-tindakan dalam hidup, nanti apa yang kamu jalani sebagai "kenyataan" itulah takdir Allah....

Setan akan menggerakkan hatimu dan menarikmu untuk mulai mengurusi urusan Allah, dan melupakan urusanmu sendiri..... inilah yang akan dilakukannya:

1. pertama setan akan menggerakkan untuk mulai mempertanyakan tentang takdir Allah
2. kemudian setan akan membawa pemikiran, bahwa keburukan adalah takdir Allah, sehingga kamu akan merasa bahwa dosa2 dan kesalahanmu adalah karena Allah mentakdirkan begitu. Ini adalah cara setan untuk menghalangimu dari "sadar diri", agar kamu tidak merasa bersalah dan berdosa, lalu kamu merasa tidak perlu untuk bertobat.

Pemikiran seperti itu adalah ujung dari pertanyaanmu, dan saya memotongnya, karena saya tahu, setan dibalik pikiran itu. 











3 komentar: